Dapur sering dijadikan pusat ruang keluarga. Masalahnya, dapur yang biasanya terletak tidak jauh dari meja makan akan dijadikan tempat berkumpul keluarga. Namun, sadarkah Bu, jika dapur juga menjadi tempat penyumbang terbesar sampah rumah tangga?
Ada banyak sampah yang dihasilkan dan sering kita lupa dengan penanganannya. Banyak di antara kita yang merasa masalah itu sudah selesai setelah dibawa tukang sampah. Padahal, sampah yang berasal dari ribuan bahkan jutaan rumah itu akan berujung di TPA. Dan, itu akan menimbulkan masalah yang baru dan lebih besar lagi.
Pencemaran udara, rusaknya ekosistem TPA, kualitas air yang buruk, bahkan bencana besar pun tengah mengintai. Masih ingatkah dengan tragedi meledaknya TPA Leuwigajah di Cimahi yang menyebabkan longsornya gunung sampah? Masih banyak lagi kejadian tidak menyenangkan yang terjadi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Lantas, apa yang dapat dilakukan oleh seorang ibu untuk membantu permasalahan sampah ini?
Peran ibu sebagai kapten dapur sangat besar untuk mengatasi permasalahan sampah rumah tangga. Mengelola sampah di dapur mungkin terdengar sepele, tetapi hal ini bisa berdampak besar pada lingkungan, kesehatan, dan kenyamanan hidup.
Alasan Sampah Dapur Menjadi Masalah
Ada beberapa jenis sampah yang sering dihasilkan rumah tangga, di antaranya:
Sampah organik, misalnya sisa makanan, kulit buah, sayuran, atau dedaunan kering
Sampah anorganik, diantaranya adalah plastik, kaca, logam, dan bahan-bahan yang sulit terurai lainnya tetapi masih dapat dimanfaatkan dengan cara didaur ulang.
Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), seperti baterai, obat-obatan kadaluarsa, sisa cat, dan produk kimia berbahaya lainnya yang harus ditangani dengan cara khusus.
Sampah kertas, misalnya surat, majalah, kardus, kertas kemasan.
Sampah elektronik yaitu barang-barang rumah tangga yang sudah rusak rusak seperti handphone, laptop, atau peralatan dapur elektronik.
Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Semua orang, termasuk ibu, harus mulai melakukan aksi nyata untuk mengatasinya. Mengapa?
Volume sampah tinggi
Dapur merupakan salah satu penyumbang sampah dengan kuantitas terbesar dalam rumah tangga.
Polusi lingkungan
Pengadaan logistik di rumah pun sering menggunakan plastik dan styrofoam yang sulit terurai, sehingga berkontribusi pada polusi tanah dan laut.
Bau dan hama
Sampah organik yang berasal dari sisa makanan dapat menimbulkan bau tidak sedap. Hal ini juga akan mengundang lalat atau tikus jika tidak segera ditangani.
Dengan memahami alasan-alasan ini, maka sudah jelas jika sebagai ibu memiliki peran penting dalam mengelola sampah dapur.
Tips Mengelola Sampah di Dapur
Sebagai “kapten dapur”, ibu bisa menerapkan berbagai cara praktis mengurangi sampah. Selain itu, ibu juga dapat menjadi agen perubahan yang mengajak dan menjadi teladan bagi semua anggota keluarga agar lebih peduli terhadap lingkungan. Lalu, bagaimanakah caranya?
Pisahkan sampah organik dan non-organik
Pemilahan bisa dilakukan sesuai kategori organik dan anorganik. Bahkan, kita bisa memilah sampah anorganik sesuai kategorinya kembali sehingga bisa dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan ini bisa dilakukan sendiri atau diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan, misalnya pengepul barang bekas.
Mengurangi penggunaan plastik
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membawa tas kain pada saat belanja. Sebagai ibu yang sering belanja, kita dapat juga mengurangi pembelian produk kemasan berlebihan atau membawa wadah sendiri saat membeli ikan, daging, atau jenis makanan lainnya. Pengurangan packaging plastik ini akan memberi dampak yang signifikan dalam mengurangi limbah rumah tangga.
Memanfaatkan sisa makanan
Ini merupakan rangkaian panjang yang membutuhkan perencanaan dan kesabaran. Pasalnya, ibu harus merencanakan menu atau jenis makanan yang akan disajikan kepada keluarga. Perencanaan ini akan menjadi pondasi perlakuan terhadap bahan makanan itu untuk dimanfaatkan hingga minim sampah. Misalnya, memanfaatkan tulang ayam menjadi kaldu, sisa sayur yang tidak dimasak semuanya tetap diolah menjadi kudapan lainnya. Selain mengurangi sampah, ini juga bisa menghemat pengeluaran.
Gunakan produk ramah lingkungan
Mengganti produk pembersih berbahan kimia dengan yang lebih ramah lingkungan. Ibu juga dapat memilih dan menggunakan peralatan dapur dari bahan yang bisa didaur ulang, seperti bambu atau stainless steel.
Kompos sisa makanan
Sisa sayuran, buah atau makanan dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman di pekarangan, sehingga tidak ada makanan yang benar-benar terbuang sia-sia. Tidak perlu khawatir dengan aroma busuk atau binatang lainnya karena saat ini sudah banyak sekali informasi untuk melakukannya dengan tetap memperhatikan kebersihan dan kesehatan.
Dampak Positif dari Pengelolaan Sampah Dapur
Mengatur dan mengelola sampah dapur dengan baik yang dilakukan ibu, tidak hanya mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Namun, ada beberapa manfaat lain bagi keluarga dan lingkungan, antara lain:
Rumah yang lebih bersih dan sehat
Memisahkan dan membuang sampah dengan cara yang benar akan mencegah bau tak sedap dan mengurangi resiko datangnya tikus, kecoa, semut, jamur, atau hama lainnya.
Menghemat uang
Perencanaan belanja makanan atau barang rumah lainnya akan berdampak kepada keuangan. Belanja jadi lebih teratur dan dimanfaatkan dengan maksimal sehingga sampah yang dihasilkan pun menjadi sedikit. Maka, pengeluaran untuk belanja dapur pun bisa ditekan.
Mendidik anak-anak
Keterlibatan anak-anak dalam pengelolaan sampah dapur akan mendidik untuk peduli terhadap lingkungan. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan menjadi pondasi pembentukan karakter positif dalam tumbuh kembang mereka.
Berperan dalam pelestarian lingkungan
Dengan mengurangi penggunaan plastik dan membuat kompos, ibu turut berkontribusi kepada pengurangan limbah rumah tangga yang berakhir di TPA. Bahkan, ibu juga bisa menjadi salah satu agen perubahan dalam melestarikan lingkungan hidup.
Sebagai kapten di dapur, ibu memiliki peran besar dalam memimpin upaya pengurangan sampah di rumah. Jika memang dirasa masih minim ilmu, tetaplah semangat dengan memulai langkah sederhana. Bijak saat berbelanja, memilih dan memilah jenis sampah, serta memanfaatkan kembali barang bekas agar waktu pemanfaatannya bisa lebih panjang.
Gunakan media sosial untuk terus menambah ilmu. Saat ini sudah banyak konten-konten menarik yang dapat diikuti sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan hidup. Mari bersama lindungi bumi tercinta yang saat ini sudah semakin rusak. Dengan kerjasama, kita bisa melakukannya dari rumah.