Sikap
manja hanya akan buat masalah di masa depan.
Hal
itu yang terlintas dalam benak. Mengurus dua anak kembar sendiri memang sebuah
tantangan besar. Bukan hanya soal membesarkan, mengasuh dan mendidik, tapi ada
tempaan mental juga yang harus dilalui. Banyak hal yang harus disikapi dengan
dewasa setelah Nane lahir, terutama soal berhubungan dengan dua keluarga besar.
Kehadiran
anak-anak akan memberi warna baru dalam pernikahan. Kedua bocah kecil ini
langsung menjadi pusat perhatian dan curahan kasih sayang. Semua anggota
keluarga besar berlomba menunjukannya dengan sikap dan perilaku.
Pemberian
kasih sayang yang berlimpah ini memberi dampak positif dan negatif bagi Nane.
Keluarga lain sering mengapresiasikan perhatiannya yang kadang berbeda dengan
pola asuh yang diberikan. Memang tak ada yang salah, tapi jika hal ini tidak
disikapi dengan baik maka akan memberi kebingungan pada anak dan berdampak yang
kurang baik.
Contoh
pertama adalah soal gendongan. Mereka berdua jarang digendong, karena merasa
kerepotan jika harus sering dilakukan keduanya,walaupun itu bergantian. Bobot
mereka yang terus bertambah jelas membuat kami kewalahan jika harus biasakan
menggendong. Waktu berusia 2 tahun saja berat keduanya itu masing-masing 17 kg.
Bisa dibayangkan jika harus menggendongnya terus menerus.
Jika
Nane mau tidur atau nangis, saya cukup menemani dan memeluknya, mereka sudah
bisa tenang. Sesekali memang digendong, hanya saja tidak dalam waktu yang lama
dan tentunya harus bergantian agar tidak ada kecemburuan. Pembiasaan ini harus
kami lakukan karena di rumah hanya ada dua orang dewasa yang harus bergantian
menjaga Nane. Maka langkah ini diambil untuk memudahkan dalam pengasuhan.
Pembiasaan
ini terasa sekali manfaatnya. Nane mulai sedikit lebih mandiri, tidak rewel dan
bisa diarahkan. Mulai dari bangun tidur dan
melakukan aktivitas sehari-hari mereka tidak mudah menangis atau
merengek karena ingin digendong. Semua bisa dikondisikan dengan baik sehingga
semua berjalan dengan lancar dan tenang.
Gendongan
sering dijadikan hadiah jika mereka dapat melakukan hal positif. Misalnya minum
susu pakai gelas, memasukan mainan dalam keranjang atau berbuat baik di antara
mereka. Gendongan selama hitungan sepuluh akan membuat mereka bahagia dan
termotivasi untuk mengulang prestasinya.
Tapi
hal ini tidak berlaku ketika sudah banyak orang. Saat kami berkunjung ke rumah
Emak atau keluarga lain yang datang menengok, sudah tentu ada perlakuan yang
berbeda. Nane jadi lebih sering digendong dan dimanja.
Bukan
hanya soal gendongan, tapi banyak hal lain yang akan berubah. Nane seakan
mendapat kebebasan untuk meminta atau melakukan apapun sesuai kehendaknya
dengan mendapat persetujuan dan bantuan dari yang lain. Walau masih kecil,
ternyata mereka dapat mengingat hal yang dilarang atau belum diberikan oleh
kami. Inilah yang akan mereka minta pada keluarga lain saat bertemu.
Misalnya
ada aturan yang awalnya tidak boleh menjadi boleh. Keinginan yang dibatasi
menjadi bebas. Atau hal yang tidak biasa dilakukan jadi bisa dilakukan.
Memang
tidak ada yang salah, saya juga sangat senang karena merasa ada kesempatan
untuk sedikit beristirahat mengasuh Nane. Tapi semua akan menjadi masalah saat
kami harus kembali mengasuh berdua. Tidak jarang Nane menjadi sedikit rewel
karena kehilangan rasa nyaman dengan sikap manja yang diberikan oleh keluarga
lain.
Nane
juga seakan miliki pelarian, jika tidak diizinkan atau diberikan sesuatu oleh
kami maka akan menunggu bertemua dengan keluarga lain untuk mendapatkannya. Ini
sudah kami sadari sejak awal, tapi masih memaklumi karena dalam batas wajar.
Akhirnya dibiarkan mengalir apa adanya saja.
Namun
ujungnya saya mulai rasakan ada yang tidak beres. Anak-anak jadi seperti
belajar memanfaatkan, dan adanya sikap tidak konsisten. Terutama jika
berhubungan dengan pembiasaan sikap perilaku.
Misalnya,
ketika Nane dilarang makan es atau permen karena sedang kurang sehat. Mereka
akan nurut dan tidak protes. Tapi ketika ada keluarga lain, mereka akan meminta
dan merajuk. Sudah pasti pembelaan dan juga sikap over manja akan diberikan.
Atau
pada saat makan. Nane sudah terbiasa makan sendiri sambil duduk. Walau
berantakan, tapi saya selalu berushaa untuk bersabar dan terus ajarkan mereka
untuk bisa lebih rapi. Tapi lain halnya ketika ada uyut atau neneknya. Mereka
akan menyuapi Nane, dan kedua anak ini pun akan bebas makan sambil jalan kesana
kemari.
Ini
cukup merepotkan saat saya harus mengasuhnya sendiri. Kedua anak yang sudah
semakin lincah ini akan semakin aktif jika tidak diberi bimbingan untuk
melakukan kebiasaan yang baik sejak dini. Jika ada ketidaksamaan dalam pola
asuh, tentu ini akan berdampak kurang baik.
Tentu
pengenalan pembiasaan itu harus bertahap dan dikenalkan dengan cara yang tidak
memaksa. Saya lebih sering mengarahkannya sambil bermain, sehingga mereka tidak
merasa sedang diajarkan aturan. Biasanya saya suka sampaikan sambil bercerita
saat mereka sedang bermain atau mau tidur. Menurut saya, ini adalah cara paling
efektif untuk memasukan kalimat positif pada mereka.
Memang
sulit menjelaskan pada Nane yang masih kecil, tapi dengan disampaikan dengan
bahasa sederhana, mereka pun mulai paham. Walau masih kecil, Nane juga bukan
hanya harus diterapkan soal aturan, tapi juga soal konsisten. Inilah PR
terbesar kami, menjaga konsisten anak-anak dan diri sendiri.
Belum
lagi saat ada dalam lingkungan keluarga besar. Tentu hal yang harus dilakukan
adalah mengajak mereka untuk bekerja sama. Ini akan menjadi hal yang harus
dipikirkan dengan baik. Masalahnya, tidak semua orang akan miliki persepsi yang
sama dengan pola asuh yang diterapkan meskipun itu keluarga sendiri. Apalagi
meminta agar mereka ikuti cara yang sudah dilakukan, pasti butuh cara yang
tepat.
Satu
hal yang dapat ditempuh adalah dengan mengajak mereka berdiskusi. Menyampaikan
apa tujuan dan bagaimana langkah yang diambil. Ini akan sedikit membantu untuk
mereka paham dengan pola asuh yang kami pilih.
Sedikit
demi sedikit akhirnya mulai terjadi perubahan. Walau tidak seratus persen, tapi
sangat bersyukur dengan respon positif dan juga kerja sama yang dilakukan. Perbedaan
pasti akan selalu ada, tapi tidak berujung pada ketidaknyamanan. Satu yang
paling penting, lingkungan Nane semakin kondusif untuk dapat tumbuh sesuai
dengan perkembangan usianya.
Nane,
kalian tumbuh di keluarga besar yang penuh cinta kasih. Sayangi dan hormati
mereka seperti sikap kalian pada Abah dan Ummi. Uyut, Ibu, Enin, Aki, Om,
Tante, Aa dan semua yang sudah hadir adalah guru dan orang terdekat yang kelak akan
selalu ada untuk kalian.
Jadikan
kasih sayang mereka sebagai benteng dan semangat untuk terus meraih cita-cita. So, keep loving us, ya Nane...